JAKARTA - Banjir yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat memerlukan penanganan cepat dan tepat agar dampak bencana tidak semakin meluas.
Menanggapi kondisi tersebut, Tentara Nasional Indonesia (TNI) mengambil langkah sigap dengan mendistribusikan logistik serta mengerahkan berbagai alat utama sistem persenjataan (alutsista) untuk mendukung pemulihan wilayah terdampak.
Fokus utama TNI adalah memastikan bantuan dapat tersalurkan secara merata melalui jalur udara, laut, dan darat.
Panglima TNI Agus Subiyanto menegaskan bahwa total logistik yang sudah didistribusikan mencapai 2.699,53 ton. Distribusi ini dilakukan melalui berbagai metode, termasuk airdrop dari udara, pengiriman melalui kapal perang Republik Indonesia (KRI) dan kapal ADRI, serta jalur darat.
Upaya ini bertujuan agar bantuan dapat menjangkau seluruh masyarakat yang terdampak di tiga provinsi terdampak banjir.
Distribusi Logistik untuk Wilayah Terdampak Banjir
“Adapun logistik yang sudah didistribusikan sejumlah 2.699,53 ton,” ujar Agus dalam Konferensi Pers Perkembangan Terkini Penanganan Pascabencana di Posko Terpadu Lanud Halim Perdanakusuma, Senin (29/12/2025).
“Yaitu melalui angkatan udara, airdrop, dan melalui KRI dan kapal ADRI serta bantuan melalui jalur darat,” tambahnya.
Distribusi logistik meliputi kebutuhan pokok seperti bahan pangan, air bersih, genset, hingga peralatan penting lainnya. Pendekatan multi-jalur ini memastikan bahwa bantuan tidak terhambat meski kondisi jalan atau jembatan terputus akibat banjir.
Bantuan yang disalurkan melalui udara memanfaatkan pesawat dan helikopter untuk menjangkau wilayah yang sulit diakses oleh kendaraan darat.
Sementara jalur laut memanfaatkan KRI dan kapal ADRI untuk mengirim logistik ke kawasan pesisir atau daerah yang terdampak parah. Jalur darat tetap menjadi alternatif untuk mengirim bantuan ke desa atau kota yang bisa diakses kendaraan.
Pengerahan Alutsista untuk Mendukung Pemulihan
Selain logistik, TNI juga menyiagakan 89 unit alutsista untuk mendukung operasi tanggap darurat. Panglima TNI menjelaskan bahwa alutsista terdiri dari pesawat, helikopter, hingga kapal perang. Fungsi alutsista ini bukan sekadar pertahanan, melainkan juga untuk distribusi logistik, evakuasi warga, dan dukungan medis.
“Selanjutnya pengerahan alutsista TNI menggelar 89 unit terdiri dari pesawat, kemudian heli dan KRI sampai dengan saat ini terus melakukan dukungan bantuan logistik melalui airdrop ataupun airlanded,” ujar Agus.
Penggunaan alutsista terbukti efektif untuk menjangkau wilayah yang terdampak parah dan sulit diakses oleh kendaraan biasa. Pesawat dan helikopter memungkinkan distribusi bantuan secara cepat, terutama ke daerah-daerah terpencil atau terisolasi akibat banjir.
KRI Membawa Dukungan Tambahan
Selain logistik, KRI yang dikerahkan TNI juga membawa dukungan lain yang dibutuhkan untuk percepatan pemulihan. Dukungan ini mencakup alat berat, kendaraan kesehatan, tenaga medis, serta peralatan untuk kebutuhan dasar masyarakat.
Agus menyebutkan bahwa KRI juga membawa peralatan PLN, bahan pangan, dan genset agar kehidupan masyarakat dapat pulih lebih cepat.
“KRI membawa dukungan alat berat, kendaraan kesehatan pendukung, membawa juga nakes dan membantu kebutuhan lain seperti peralatan PLN, bahan pangan, genset, dan sebagainya,” imbuh Agus.
Pendekatan ini menunjukkan bahwa TNI tidak hanya berfokus pada distribusi logistik semata, tetapi juga memberikan perhatian pada aspek kesehatan, pemulihan infrastruktur, dan kebutuhan dasar masyarakat.
Koordinasi Terpadu dengan Pemerintah Daerah
Penanganan bencana banjir di tiga provinsi ini dilakukan secara koordinatif antara TNI dan pemerintah daerah.
Posko terpadu di Lanud Halim Perdanakusuma menjadi pusat koordinasi untuk memastikan distribusi logistik berjalan efisien. Semua data kebutuhan logistik diperbarui secara real-time sehingga TNI dapat menyesuaikan alokasi bantuan sesuai kondisi lapangan.
Koordinasi juga melibatkan Dinas Sosial, BPBD, dan pihak terkait lainnya untuk memastikan bahwa bantuan tepat sasaran dan tidak terjadi tumpang tindih distribusi. Dengan sistem koordinasi ini, bantuan dapat sampai ke masyarakat terdampak secara merata dan cepat.
Kecepatan dan Ketepatan Penyaluran Bantuan
Fokus utama TNI adalah kecepatan dan ketepatan distribusi. Dalam kondisi bencana, waktu menjadi faktor kritis. Agus menekankan bahwa metode pengiriman bantuan disesuaikan dengan kondisi masing-masing wilayah terdampak.
Pengiriman melalui udara menjadi prioritas untuk daerah yang sulit dijangkau, sementara jalur laut digunakan untuk wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
Jalur darat tetap dimanfaatkan untuk wilayah perkotaan dan pedesaan yang bisa diakses kendaraan. Pendekatan multi-jalur ini memastikan semua bantuan sampai tepat waktu, meskipun kondisi alam menantang.
Dampak Positif terhadap Pemulihan Wilayah Terdampak
Distribusi logistik yang masif dan pengerahan alutsista memberikan dampak positif terhadap percepatan pemulihan wilayah terdampak banjir.
Masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar, akses medis lebih mudah, dan proses evakuasi berjalan lancar. Ketersediaan alat berat juga mempercepat pembersihan material lumpur dan puing di lokasi terdampak.
Upaya TNI ini mendapat apresiasi dari berbagai pihak, karena menunjukkan komitmen kuat pemerintah dalam membantu masyarakat pascabencana. Langkah cepat dan terkoordinasi ini diharapkan mampu meminimalkan dampak jangka panjang banjir terhadap kehidupan masyarakat.
Banjir di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat menuntut respon cepat dari seluruh elemen terkait. TNI hadir dengan distribusi 2.699,53 ton logistik melalui udara, laut, dan darat, serta pengerahan 89 unit alutsista untuk mendukung distribusi, evakuasi, dan dukungan medis.
KRI membawa tambahan dukungan seperti alat berat, kendaraan kesehatan, tenaga medis, peralatan PLN, bahan pangan, dan genset.
Langkah-langkah ini membuktikan kesiapan TNI dalam menangani bencana sekaligus menunjukkan koordinasi efektif dengan pemerintah daerah. Distribusi yang cepat, tepat, dan merata diharapkan mampu meringankan beban masyarakat terdampak dan mempercepat proses pemulihan wilayah.